Respon atau Reaksi?

image

REAKSI atau RESPON? Sekilas, kata-kata tersebut sepertinya tidak ada perbedaannya. Tapi jika Anda mencoba untuk menelaahnya lebih jauh sedikit, maka akan Anda akan menemukan perbedaan yang sangat besar antara bereaksi dan berespon. Apakah yang biasanya Anda lakukan saat berada di tengah kemacetan? Apakah yang sering Anda lakukan jika salah seorang pegawai Anda melakukan kesalahan? Apakah yang akan Anda lakukan ketika seseorang tidak sepakat dengan Anda dan menolak ide/gagasan Anda? Bagaimana Anda berperilaku dan bersikap saat berada dalam keadaan-keadaan sulit seperti itulah yang akan memberitahu Anda apakah Anda seseorang yang terbiasa bereaksi atau berespon.

Lalu, apakah perbedaan diantara keduanya?

1. Reaksi dikendalikan oleh emosi, sedangkan respon oleh logika.
Pernahkah Anda melihat seorang pemimpin –apakah itu atasan Anda, rekan kerja Anda, atau mungkin Anda sendiri, yang karena membiarkan dirinya dikuasai oleh emosi, menjadi sangat marah dan melakukan sesuatu yang pada akhirnya sangat disesali? Ya, hal itu sering terjadi tidak hanya di lingkungan kerja tapi juga dalam keluarga. Anda langsung memaki sekertaris yang terlambat memberikan dokumen kepada Anda; Anda berteriak kepada pengemudi mobil di depan Anda karena ia rem mendadak; Anda memutuskan sebuah kontrak besar karena merasa tersinggung dengan perkataan partner Anda; dan masih banyak contoh lainnya. Intinya, saat Anda mengambil keputusan berdasarkan emosi sesaat, maka Anda sedang bereaksi. Di sisi lain, orang yang berespon adalah mereka yang tidak dikendalikan oleh perasaan, namun oleh akal sehatnya. Orang seperti ini selalu mengambil waktu untuk berpikir sejenak, tidak tergesa-gesa, memikirkan dampaknya sebelum membuat keputusan apa pun.

2. Reaksi selalu berdampak negatif, sedangkan berespon memberikan hasil yang lebih positif.
Dapatkah Anda bayangkan, jika Anda adalah pemimpin saat ini –apakah Anda memimpin satu orang atau 1.000 orang, dan Anda selalu bekerja dengan mengikuti emosi alias reaktif? Saya dapat mengatakan bahwa Anda akan terus mendapatkan hasil yang tidak produktif. Anda mungkin akan kehilangan orang terbaik Anda; kehilangan klien Anda; dan mungkin juga kehilangan bisnis Anda. Tidak demikian dengan pempin yang responsif. Pemimpin seperti ini tidak membiarkan dirinya dikuasai oleh amarah dan emosinya, namun telah lebih terlatih untuk mengendalikannya. Sehingga ketika berhadapan dengan masalah, kesulitan, tantangan, dan orang-orang ‘sulit’ dalam pekerjaannya, ia tetap dapat berpikir jernih untuk fokus pada solusi dan bukannya mengumbar emosi dan justru menciptakan masalah baru. Dengan demikian, mempunyai kesempatan lebih banyak untuk mengembangkan timnya, mendapatkan klien baru dan mempertahankan yang lama, serta memajukan organisasinya.

Apakah Anda ingin menjadi pemimpin yang lebih produktif dan responsif? Lebih sering berespon daripada bereaksi? Anda dapat mempelajarinya dengan mengikuti pelatihan ini: “Leading Self: The Six Challenges”

One thought on “Respon atau Reaksi?

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s